-->
Selamat datang di My Blog My Job My Life semoga informasi yang saya berikan dapat bermanfaat untuk anda.Dan jangan lupa jika ada waktu mampir lagi ke sini yaaa...

Rabu, 07 Desember 2011

Ekologi


Pengertian Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Arnest Haeckel seorang ahli Biologi Jerman pada tahun 1866. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Oekos” berarti rumah dan “Logos” yang berarti ilmu. Jadi, ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dengan rumahnya atau rumah tangga makhluk hidup.
Ekologi dan ekonomi mempunyai banyak persamaan, yaitu sama-sama
mempunyai alat transaksi. Hanya bedanya pada ekologi tidak menggunakan uang
sebagai alat transaksi, melainkan materi, energi dan informasi. Alat transaksi
dalam ekologi tersebut dalam suatu komunitas atau antara beberapa komunitas
mendapat perhatian utama seperti halnya uang dalam ekonomi
Dalam menganalisis tata lingkungan, ekologi juga menggunakan konsep model
lingkaran yang melukiskan proses rumah tangga lingkungan dan lazim dikenal
dengan nama lingkaran energi, materi dan informasi. Dalam ekologi terdapat pula
golongan produsen dan golongan konsumen. Selama proses pengaliran energi dan
materi tidak terganggu, berarti tata lingkungan masih dalam keseimbangan
ekologis.

Bagan perbandingan ekonomi dengan ekologi EKONOMI EKOLOGI Produsen Lingkungan Uang Barang Materi Materi + Energi Konsumen Manusia
Hubungan Ekologi dengan Ilmu lainnya Ekologi adalah bagian dari biologi,
namun sangat erat hubungannya dengan ilmu lain. Didalam kehidupan, manusia
tidak hanya memperhatikan materi energi dan informasi saja, tetapi juga harus
mempertimbangkan masukan-masukan lain, seperti ekonomi, teknologi, sosial,
politik dan budaya. Ekologi merupakan salah satu komponen dalam pengelolaan
lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama-sama komponen lain agar
keputusanannya selaras dan seimbang.

Ekologi dapat diibaratkan sebuah poros , tempat pelbagai asas dan konsep aneka ragam ilmu (sosiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, geografi, ekonomi,
meteorologi, hidrologi, pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan dan
sebagainya) yang terpencar dan terkhususkan dapat digabungkan kembali secara
tunjang menunjang untuk mengatasi masalah yang menyangkut hubungan antara
jasad hidup dengan lingkungan.Cakupan Wilayah Kerja Ekologi Miller memberi gambaran batas wilayah kerja ekologi sebagai suatu model yang berdasarkan atas anggapan bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu ekosistem tersusun dari kelompok-kelompok komponan yang berkaitan satu sama lain. Masing-masing kelompok merupakan suatu kesatuan dengan kelompok lainnya. Dalam cakupan wilayah kerja ekologi perlu diketahui beberapa pengertian antara lain :

• Individu : suatu satuan struktur yang membangun suatu kehidupan dalam bentuk
makhluk hidup Misal dalam sebuah kebun terdapat jambu, pisang, rumput, dsb.
setiap pohon disebut individu Populasi : kumpulan individu suatu spesies
makhluk hidup sama Misal kambing di padang rumput Komunitas : bebebrapa
kelompok makhluk hidup yang hidup bersama-sama dalam suatu tempat secara
bersamaan Ekosistem : tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan saja,
tetapi juga segala bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu, dan energi yang menjadi kekuatan bagi ekosistem.


• Biosfer : tingkatan organisasi
biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan dibumi dan adanya interaksi
antara lingkungan fisik secara keseluruhan.
Ekosistem Suatu organisme tidak akan dapat hidup mandiri tanpa kehadiran
organisme lain serta mengabaikan sumber daya alam yang merupakan sumber
pangan, tempat perlindungan dan tempat perkembangbiakan. Suatu konsep sentral
dalam ekologi adalah ekosistem, yaitu suatu sistem yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (sistem adalah suatu
rangkaian kegiatan atau komponen- komponen yang bekerja secara teratur, saling
berkaitan da merupakan suatu kesatuan utnuk memperoleh suatu hasil tertentu.
Ekosistem terbentuk oleh komponen- komponen hidup dan tak hidup, disuatu
tempat dan berinteraksi dalam satu kesatuan yang teratur
.
Ditinjau dari fungsi komponen-komponennya, ekosistem dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu : Autotrofik : auto berarti sendiri, trofik berarti
menyediakan makanan, jadi berarti organisme yang dapat mensistesiskan
makanannya sendiri atau dapat menyediakan makanannya sendiri. Organisme
tersebut mengubah bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik dengan
bantuan energi matahari dalam butir- butir hijau daun atau klorofil. Heterotrofik :
organisme yang hanya dapat memanfaatkan bahan makanan yang disediakan oleh
organisme lainnya.


Komponen-komponen yang membentuk ekologi adalah : Lingkungan abiotik
(anorganik), terdiri dari tanah, udara, sinar matahari yang merupakan medium
untuk berlangsungnya kehidupan. Lingkungan biotik (organik) terdiri dari
tumbuhan, binatang, manusia, yang menjadi penghuni lingkungan abiotik,
dibedakan atas : Konsumen Primer, disebut Herbivora, yaitu makhluk hidup
pemakan rumput atau daun-daunan, misalnya kambing, rusa dan sapi.

Konsumen Sekunder, disebut Karnivora, yaitu makhluk pemakan binatang lain,
misalnya harimau dan singa. Konsumen Tersier, disebut Omnivora, adalah hewan
pemakan segala bentuk makanan (tumbuhan atau binatang), misalnya manusia.
Pengurai (perombak, redusen), disebut Mikrokonsumer, adalah makhluk hidup
yang merombak unsur organik seperti bakteri, atau pemakan bagian yang sudah
mati, misalnya cacing.

http://www.scribd.com/doc/23110667/pengertian-Ekologi

PENGERTIAN EKOLOGI
Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos (rumah atau tempat hidup) dan logos (ilmu). Secara harafiah ekologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam tempat hidupnya atau dengan kata lain mempelajari hubungan timbal-balik antara organisme dengan lingkungannya. Ekologi hanya bersifat eksploratif dengan tidak melakukan percobaan, jadi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam.Pada saat ini dengan berbagai keperluan dan kepentingan, ekologi berkembang sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam.Ekologi berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi ekosistem (alam),sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap berbagai kejadian alam. Sebagaicontoh ekologi diharapkan dapat memberi jawaban terhadap terjadinya tsunami, banjir, tanahlongsor, DBD, pencemaran, efek rumah kaca, kerusakan hutan, dan lain-lain.
Struktur ekosistem menurut Odum (1983), terdiri dari beberapa indikator yang menunjukan keadaan dari system ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomas, materi, energi, dan faktor-faktor fisik-kimia lain yang mencirikan keadaan system tersebut. Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam system.Berdasarkan struktur dan fungsi ekosistem, maka seseorang yang belajar ekologi harus didukung oleh pengetahuan yang komprehensip berbagai ilmu pengetahuan yang relevan dengan kehidupan seperti: taksonomi, morfologi, fisiologi, matematika, kimia, fisika,agama dan lain-lain. Belajar ekologi tidak hanya mempelajari ekosistem tetapi juga otomatis mempelajari organisme pada tingkatan organisasi yang lebih kecil seperti individu, populasi
dan komunitas.
Menurut Zoer´aini (2003), Seseorang yang belajar ekologi sebenarnya mempertanyakan berbagai hal antara lain adalah:
1. Bagaimana alam bekerja
2. Bagaimana species beradaptasi dalam habitatnya
3. Apa yang diperlukan organisme dari habitatnya untuk melangsungkan kehidupan
4. Bagaimana organisme mencukupi kebutuhan materi dan energi
5. Bagaimana interaksi antar species dalam lingkungan
6. Bagaimana individu-individu dalam species diatur dan berfungsi sebagai populasi
7. Bagaimana keindahan ekosistem tercipta
Dari perpaduan harafiah dan berbagai kajian, maka ekologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbalbalik antar mahluk hidup dan juga antara mahluk hidup dengan lingkungannya.Manusia sebagai mahluk hidup juga menjadi pembahasan dalam kajian ekologi. Ekologi menjadi jembatan antara ilmu alam dengan ilmu social.
PEMBAGIAN EKOLOGI
Ekologi dapat dibagi menjadi autekologi dan sinekologi
• Autekologi membahas sejarah hidup dan pola adaptasi individu-individu organism terhadap lingkungan
• Sinekologi membahas golongan atau kumpulan organisme yang berasosiasi bersama sebagai satu kesatuan
Bila studi dilakukan untuk mengetahui hubungan jenis serangga dengan lingkungannya, kajian ini bersifat autekologi. Apabila studi dilakukan untuk mengetahui karakteristik lingkungan dimana serangga itu hidup maka pendekatannya bersifat sinekologi.
APLIKASI EKOLOGI
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang memiliki banyak keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Manusia dibekali dengan kelebihan akal dan pikiran.Mampukan dengan akal dan pikirannya, manusia melindungi, merawat dan mensejahterakan alam sekitarnya? Jawaban paling simple dan mudah adalah mari kita lihat saja lingkungan yang ada disekitar kita.Manusia sebagai bagian dari alam semesta dan berbekal akal dan pikirannya saat ini sebagian telah menjadi monster bagi dirinya sendiri, makhluk lain dan lingkungannya.
Kegiatan-kegiatan untuk mensejahterakan dirinya justru menjadi malapetaka. Penggunaan pestisida untuk meningkatkan hasil panen meninggalkan residu yang karsinogenik dan membunuh banyak mahluk hidup lain bukan sasaran, penebangan hutan, penggunaan unsure radioaktif, penggunaan bahan-bahan kosmetik, pengharum, pembangunan industri,pembangunan perumahan dan lain-lain justru menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri.Menguasai Saintek dan knowledge bagi manusia adalah merupakan kewajiban, tetapi pengetahuan dan ilmu tersebut harus benar-benar diperuntukan bagi kesejahteraan alam3 semesta beserta isinya.Terjadinya bencana alam akhir-akhir ini hanyalah bentuk peringatan Tuhan bagi umat manusia agar manusia kembali ke jalan yang benar
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, Allah
menunjukkan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan
yang benar
Q.S. Ar Ruum ayat 41
Aplikasi ilmu ekologi dengan prinsip-prisip dasarnya apabila dipergunakan secara
benar dan bertanggungjawab sebenarnya dapat memperbaiki segala kerusakan yang telah
terjadi dan mencegah terulangnya peristiwa-peristiwa yang sangat tidak diinginkan. Ekologi
menganut prinsip keseimbangan dan keharmonisan semua komponen alam. Terjadinya
bencana alam seperti tsunami di Aceh, Sumatra Utara, Pangandaran dan terakhir terjadinya
banjir pasang di sebagian Jakarta, fenomena angin puting beliung di beberapa tempat di
Indonesia dan lain-lain adalah merupakan salah satu contoh keseimbangan dan harmonisasi
alam terganggu. Ketika ketimpangan sudah mencapai pada puncaknya maka alam akan
mengatur kembali dirinya dalam keseimbangan baru. Proses menuju keseimbangan baru
tersebut sering kali menimbulkan perubahan yang drastis dan dianggap bencana bagi
komponen alam yang lain (manusia). Terjadinya ledakan populasi belalang di Lampung,
ledakan populasi hama wereng, kutu loncat, tikus, DBD, Flu burung dan lain-lain adalah
merupakan salah satu bentuk terjadinya ketidak seimbangan dalam ekosistem dan komponen-
komponen alam yang terlibat dalam system sedang mengatur strateginya masing-masing
untuk menuju kearah keseimbangan baru.
Ekologi memandang mahluk hidup sesuai dengan perannya masing-masing dan
memandang individu dalam species menjadi salah satu unsur terkecil di alam. Semua mahluk
hidup di alam memiliki peran yang berbeda dalam menyusun keharmonisan irama
keseimbangan sebagaimana firman Tuhan dalam Q.S Al Hijr ayat 19 -21:
Kami telah hamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan
segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah jadikan untukmu di bumi keperluan-
keperluan hidup, dan Kami ciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-sekali bukan
pemberi rizki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan kepada sisi Kami-lah
khasanahnya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu
Q.S Al Hijr ayat 19 -21
Aplikasi ekologi yang nyata saat ini adalah dalam Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dari semua kegiatan pembangunan dan desain lansekap. Lansekap
adalah wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi ini dengan segala
kegiatan kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami, non alami atau
kedua-duanya yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta
makhluk-makhluk lainnya, sejauh mata memandang, sejauh segenap indera kita dapat
menangkap dan sejauh imajinasi kita dapat membayangkannya ( Zain Rachman, 1981 dalam
Zoer´aini, 2003).
INDIVIDU
Individu berasal dari bahasa latin yaitu in (tidak) dan dividuus (dapat dibagi) jadi individu
merupakan bagian organisasi kehidupan yang tidak dapat dibagi lagi. Masing-masing unit
yang disebut individu tersebut dapat melakukan proses hidup yang masing-masing terpisah.
Setiap individu seperti pohon pisang dalam rumpunnya akan dapat hidup apabila dipisahkan
dari rumpunnya tersebut. Lalu bagaimana dengan porifera ?. Individu dalam ekologi
memiliki makna yang sangat penting, karena dari individu dapat dikumpulkan bermacam-
macam data untuk mempelajari tentang kehidupan dalam hubungannya dengan
lingkungannya.


POPULASI
Dalam ekologi, populasi diartikan sekelompok idividu sejenis yang menempati ruang
dan waktu tertentu. Misalnya populasi pohon cengkeh tahun 2005 di Kulon Progo
Yogyakarta, Populasi Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga tahun 1999, atau populasi pohon Salak
Pondoh tahun 2005 di Kabupaten Sleman Yogyakarta dan seterusnya. Jadi, populasi adalah
kelompok kolektif organisme dari jenis yang sama yang menempati ruang atau tempat
tertentu dan memiliki berbagai ciri atau sifat yang unik dari kelompok dan bukan merupakan
sifat milik individu di dalam kelompok tersebut. Populsi memiliki sejarah hidup, tumbuh dan
berkembang seperti apa yang dimiliki oleh individu. Populasi memiliki organisasi dan
struktur yang pasti dan jelas.
Penentuan atau penggolongan species dalam populasi dapat dilakukan dengan dua
cara:
1. Secara taksonomi, yaitu species ditentukan berdasarkan hubungan kekeluargaan baik
secara evolusi, maupun sejarah nenek moyangnya
2. Berdasarkan peran atau fungsi, yaitu penentuan species didasarkan pada kesamaan
perannya di dalam lingkungan6
Berdasarkan sifatnya yang unik dan berbeda dengan sifat masing-masing individu,
populasi memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
1. Densitas atau kerapatan atau kepadatan
2. Angka kelahiran (natalitas)
3. Angka kematian (mortalitas)
4. Genetik
5. Struktur Umur
6. Potensi biotik
7. Bentuk pertumbuhan
Densitas atau Kerapatan atau Kepadatan
Densitas populasi menunjukan besarnya populasi dalam satuan ruang. Umumnya
dinyatakan sebagai jumlah individu atau biomas persatuan luas atau volume. 100 ekor ikan
Lele Dumbo per meter persegi atau 25 Copepoda per liter air laut dan lain-lain.
Densitas dalam studi atau kajian ekologi memiliki fungsi yang sangat besar, karena
pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya jenis organismenya saja
tetapi juga jumlahnya atau densitasnya. Sebagai contoh misalnya seekor belalang dalam satu
hektar tanaman padi akan memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap hasil panen,
sehingga keberadaannya tidak menjadi perhatian petani pemilik sawah. Kondisinya akan
berbeda jika dalam satu hektar tanaman padi terdapat 10.000 belalang. Densitas juga dapat
digunakan untuk mengetahui perubahan populasi pada suatu saat tertentu (berkurang atau
bertambah). Misalnya jumlah burung Kuntul yang melintas di atas Kampus UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta per hari selama bulan Maret 2005.
Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara
yaitu:
1. Densitas kotor (Crud density): Jumlah individu suatu populasi per satuan areal
seluruhnya
2. Densitas efektif atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah individu suatu
populasi per satuan ruang habitat
Densitas populasi apabila fluktuasinya kita perhatikan maka akan dapat kita gunakan
untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi. Faktor-faktor itu
dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density independent) dan faktor kepadatan
tidak bebas ( density dependent). Density independent merupakan faktor perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap anggauta populasi secara merata. Sebagai contoh,7
tsunami yang menimpa sebagian Aceh dan Sumatra Utara akan mematikan semua anggauta
populasi tertentu. Secara umum ketersediaan makanan merupakan density dependen,
demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa migrasi. Density dependen merupakan
pendorong terjadinya fluktuasi kepadatan populasi.
Angka Kelahiran (natalitas)
Natalitas adalah kemampuan inheren populasi untuk bertambah. Di alam angka
kelahiran dapat bervariasi sesuai dengan keadaan lingkungan. Angka kelahiran umumnya
dinyatakan dalam bentuk angka atau laju yang dihitung berdasarkan jumlah individu baru per
satuan waktu per satuan populasi.
Seluruh individu dalam populasi atau hanya individu yang bereproduksi
Jumlah individu baru dalam populasi karena kelahiran
Satuan waktu
Angka kelahiran untuk berbagai kelompok umur yang berbeda
Angka kelahiran per satuan poipulasi
Angka Kematian (mortalitas)
Menyatakan jumlah individu-individu dalam populasi yang mati per satuan waktu.
Dalam kondisi yang ideal maka angka kematian berada pada titik minimum. Mortalitas pasti
terjadi pada makhluk hidup meskipun kondisi lingkungan sangat ideal, kematian terjadi
karena umur tua.
Sifat-sifat genetik secara langsung berhubungan dengan keberadaan suatu populasi di
dalam lingkungan. Termasuk didalamnya antara lain adalah keserasian reproduksi, distribusi,
adaptasi dan ketahanan hidup. Faktor genetik dalam mempelajari ekologi memiliki peran
penting karena adanya variasi (biodiversitas) genetik akan sangat menentukan eksistensi suatu
populasi dalam lingkungan.
Struktur Umur
Secara ekologis populasi umumnya memiliki tiga bentuk sebaran umur yaitu muda
(prareproduktif), reproduktif dan umur tua (postreproduktif). Lamanya periode umur ekologis
jika dibandingkan dengan panjangnya umur sangat beragam tergantung pada jenis organisme
dan kondisi lingkungan yang melingkupinya. Beberapa jenis tumbuhan dan hewan memiliki
umur prareproduktif yang lebih panjang dan beberapa tidak memiliki umur postproduktif.
Populasi organisme yang sama tetapi hidup dalam kondisi lingkungan yang berbeda juga
dapat memiliki periode umur ekologis yang berbeda. Populasi hewan liar biasanya memiliki
umur reproduktif lebih lama dibandingkan dengan yang dipelihara, contohnya beberapa jenis
burung. Biasanya populasi yang sedang berkembang cepat akan didominasi oleh individu-
individu muda, populasi yang stationer memiliki umur yang lebih merata dan populasi yang
menurun akan didominasi oleh sebagian besar individu-individu yang berumur tua.
Sebaran umur dalam populasi akan sangat mempengaruhi natalitas dan mortalitas
yang pada akhirnya berpengaruh terhadap densitas populasi. Data struktur umur dari populasi
biasanya disajikan dalam bentuk piramida umur. Secara teoritis ada tiga bentuk dasar
piramida yaitu:
1. Piramida dengan bentuk dasar luas dengan ciri populasi umur muda besar
2. Bentuk segitiga sama sisi atau lonceng dengan jumlah kelompok muda seimbang
dengan kelompok tua
3. Bentuk kendi, memiliki jumlah individu muda lebih kecil dari kelompok dewasa
(1) (2) (3)9
Bentuk dasar piramida umur akan berubah secara temporer karena pengaruh factor mortalitas
dan natalitas sampai terbentuk struktur umur yang stabil.
Potensi Biotik
Potensi biotik dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang dimiliki organisme
untuk tumbuh atau bereproduksi (reproductive potential). Potensi biotic menggambarkan
kemampuan suatu populasi menambah jumlah anggautanya apabila rasio umur sudah mantap
dan lingkungan dalam kondisi optimal. Pada kondisi lingkungan tidak atau kurang optimum
maka tingkat pertumbuhan populasi menurun. Perbedaan antara potensi biotik dengan
kemampuan suatu poipulasi menambah anggautanya dalam keadaan yang dapat diamati
dikenal sebagai daya tahan lingkungan.
Bentuk pertumbuhan Populasi
Pertambahan ukuran populasi memiliki pola tertentu yang dikenal sebagai bentuk
pertumbuhan populasi (population growth form). Secara teoritik pertumbuhan populasi
terjadi secara eksponensial.
N
t
Dari bentuk kurva, populasi tumbuh tidak pernah terhenti dan makin lama makin cepat.
Pertumbuhan eksponensial dapat terjadi hanya apabila faktor lingkungan tak terbatas, jadi
tidak ada faktor apapun yang membatasi pertumbuhan.
Di alam lingkungan selalu terbatas (faktor biotik dan abiotik membatasi
pertumbuhan). Adanya faktor pembatas menyebabkan pertumbuhan di alam memiliki pola-
pola tertentu. Pertumbuhan eksponensial di alam dapat terjadi untuk sementara waktu,
kemudian beberapa faktor biotik dan abiotik seperti sumber makanan, pasangan, persaingan,
iklim dan faktor-faktor lain membatasinya. Sebagai contoh terjadinya ledakan populasi tikus
(tumbuh eksponensial) maka pada titik tertentu populasi akan kembali menurun karena
ketersediaan sumber makanan, kompetisi, predator maupun kondisi iklim.10
Distribusi Populasi
Distribusi populasi adalah pergerakan individu-individu atau alat perkembang
biakannya (biji, spora, larva dan lainnya) ke dalam atau ke luar dari suatu populasi atau
daerah populasi. Ada tiga bentuk distribusi atau pergerakan populasi yaitu:
1. Migrasi, yaitu pergerakan keluar batas-batas tempat populasi dan datang kembali ke
tempat populasi semula secara periodik
2. Emigrasi, yaitu pergerakan keluar batas-batas tempat populasi sehingga populasi
berkurang
3. Imigrasi, yaitu pergerakan ke dalam batas-batas tempt populasi sehingga populasi
bertambah
Penyebaran atau pergerakan sangat dipengaruhi oleh faktor penghalang (barier) dan
kemampuan individu atau alat perkembangbiakannya untuk berpindah (vagilitas). Secara
genetik pergerakan individu-individu dari suatu populasi sangat menguntungkan karena akan
memberikan kemungkinan tetap terjaganya variasi genetik dan dapat menghindari
kemungkinan terjadinya kepunahan.
Penyebaran populasi yang berupa penyebaran individu memiliki tiga pola dasar yaitu:
1. Acak (random), kondisi distribusi pola ini relatif jarang terjadi di alam
2. Merata (uniform), terjadi apabila kompetisi antara individu-individu sangat tajam
dalam memperebutkan ruang hidup yang sama.
3. Berkelompok (clumped), pola distribusi ini dapat berkelompok secara acak (random
clumped), berkelompok secara merata dimana penyebaran kelompok dalam suatu
daerah membagi ruang hidup yang sama dan berkelompok secara besar
Penyebaran juga dipengaruhi oleh luas daerah dan jumlah populasi. Pada daerah yang luas
dengan jumlah individu sedikit maka sebarannya akan relative jarang.11
Secara genetik, individu-individu adalah anggauta dari populasi setempat dan secara
ekologi individu merupakan anggauta dari ekosistem. Ekosistem sebagian besar terdiri dari
kumpulan tumbuhan dan hewan yang bersama-sama membentuk masyarakat yang disebut
komunitas. Suatu komunitas terdiri dari banyak jenis dengan berbagai macam fluktuasi
populasi dan interaksi satu dengan lainnya. Ringkasnya komunitas adalah seluruh populasi
yang hidup bersama pada suatu daerah dan organisme yang hidup bersama ini sering disebut
juga sebagai komunitas biotik.
Mempelajari komunitas akan lebih baik apabila kita sudah lebih dulu mengenal
karakter masing-masing komponen penyusunnya. Misalnya apakah tumbuhan termasuk
herba, epifit, merambat atau apakah hewan hidup terrestrial atau aquatik, masing-masing
memiliki karakter yang spesifik. Hewan aquatik misalnya, kita harus mengenal lebih dulu
morfologinya, fisiologi dan system reproduksinya, bagaimana kedudukannya dalam rantai
makanan, bersifat planktonik, bentik atau perenang aktif, hidup dan mencari makan di daerah
permukaan, ditengah atau didasar perairan dan lain sebagainya.
Komunitas sebagai suatu organisasi kehidupan tersusun dari beberapa komponen yang
masing-masing komponen memiliki dinamikanya masing-masing dan dikenal sebagai
struktur komunitas. Sebelum mempelajari hubungan komunitas dengan lingkungannya salah
satu kajian untuk mempelajari komunitas adalah mengamati struktur komunitas. Beberapa hal
yang perlu diketahui dalam mempelajari struktur komunitas antara lain adalah:
1. Jenis organisme penyusunnya, misalnya untuk mempelajari komunitas rumput di Hutan
Wisata Kaliurang, maka pertama kali yang harus dilakukan adalah jenis-jenis rumput apa
saja yang tumbuh di sana
2. Densitas (kepadatan), misalnya berapa jumlah rumput jenis ″A″ per meter persegi
3. Keanekaragaman jenis.12
Nilai keanekaragaman jenis diukur dengan menghitung nilai indeks keanekaragaman.
Ada dua cara untuk menentukan angka indeks ini yaitu menggunakan indeks keanekaragaman
Simpson (D) atau dengan indeks keanekaragaman Shanon- Wiener (H′). Rumus indeks-
indeks tersebut adalah sebagai berikut:
Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan seluruh jenis (ni/N)
Indeks Shanon-Wiener merupakan metode yang paling umum dipakai. Indeks ini
merupakan indeks terbaik untuk membuat perbandingan dimana kita tidak bermaksud untuk
memisahkan komponen-komponen keanekaragaman (Pielow dalam Deshmuksh, 1992:463).
Komponen tersebut adalah kekayaan jenis dan kesamarataan atau equilibilitas.
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik yang unik dalam tingkat organisasi
biologi yang diekspresikan melalui struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan
mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi apabila terdapat banyak jenis dengan jumlah
individu masing-masing relative merata. Keanekaragaman dimaksud adalah keanekaragaman
jenis bukan untuk mencari kedudukan jenis dalam takson, melainkan ditekankan pada dasar
trofik, atau tingkatan fungsional organisme. Nilai indeks keanekaragaman yang besar
mengisyaratkan terdapatnya daya dukung lingkungan yang besar terhadap kehidupan.
Suatu lingkungan yang memiliki keanekaragaman jenis yang besar umumnya akan
terdiri dari populasi-populasi yang masing-masing dengan jumlah individu yang relative
kecil. Sebaliknya, lingkungan yang memiliki keanekaragaman jenis kecil umumnya dalam
lingkungan tersebut akan dihuni oleh jenis yang terbatas dengan jumlah individu melimpah.
Kategori angka indeks keanekaragaman jenis kedalam kelompok keanekaragaman besar,
kecil atau sedang dapat dilakukan dengan mengacu pada standar berikut:
Nilai (H') Kategori keanekaragaman
0 < H' < 2,0302 2,0302 < H' < 6,907 H' > 6,907
Kecil
Sedang
Besar13
Pemberian Nama Komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas
dimaksud. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan kata-kata yang dapat
menunjukkan bagaimana wujud komunitas, seperti komunitas hutan jati, padang rumput,
plankton, terumbu karang padang lamun, mangrove, dll.
Species dominan atau organisme yang memberi wujud khas pada suatu komunitas
dimana terdapat satu atau beberapa organisme dengan jumlah yang banyak pada komunitas,
dapat dipergunakan untuk memberi nama komunitas tersebut. Nama komunitas harus berarti
dan sependek mungkin. Menurut Zoer'aini (2003), cara paling baik untuk menamakan
komunitas adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup
maupun tidak. Secara ringkas pemberian nama komunitas dapat didasarkan pada:
1. Bentuk-bentuk hidup atau struktur utama penyusunnya, seperti hutan pinus, hutan jati,
hutan bakau
2. Berdasarkan habitat dari komunitas, seperti komunitas pantai berbatu, berpasir,
berlumpur, komunitas laut dalam, komunitas air payau dll
3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional, seperti komunitas plankton,
komunitas bentik, komunitas hutan hujan tropis dll
Perubahan dalam komunitas yang terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan,
berlangsung lambat, teratur dan terarah menuju kestabilan disebut dengan suksesi. Proses
suksesi akan terus berlangsung sampai tercapai titik klimaks, yaitu kondisi dimana komunitas
mencapai titik keseimbangan. Menurut konsep terkini seksesi merupakan pergantian jenis-
jenis pioneer oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sesuai dengan lingkungannya.
1. Suksesi Primer
Suksesi terjadi karena ekosistem mengalami gangguan yang sangat berat sehingga
komunitas yang ada hilang atau rusak total. Misalnya peristiwa tsunami, letusan gunung
berapi, aktivitas pertambangan, dan lain-lain
2. Suksesi sekunder
Terjadi pada ekosistem yang mengalami kerusakan tetapi tidak total, masih ada
yang tersisa. Misalnya kerusakan akibat banjir, kebakaran, tanah longsor, pembukaan
lahan perkebunan dan lain sebagainya.
SUKSESI14
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks
yang berada di luar individu yang
mempengaruhi organisme. Lingkungan
dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan
biotik. Lingkungan berbeda dengan habitat.
Habitat merupakan tempat dimana organisme hidup. Secara garis besar habitat organisme
dapat dibagi menjadi dua yaitu habitat terrestrial dan aquatik, keadaan lingkungan dari habitat
tersebut berbeda.
Lingkungan, habitat dan makhluk hidup akan membentuk sebuah system yang disebut
dengan ekosistem. Komponen-komponen lingkungan selain berinteraksi dengan organisme,
juga berinteraksi antar sesama komponen tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan
mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan.15
EKOSISTEM LAUT
Laut merupakan bagian dari ekosistem perairan yang memiliki ciri-ciri antara lain:
bersifat continental, luas dan dalam, asin, memiliki arus dan gelombang, pasang-surut, dan
dihuni oleh organisme baik plankton, neuston maupun bentos. Ekosistem laut yang luas dan
dalam menyebabkan terdinya varasi fisiko-kimiawi lingkungan yang akan menjadi faktor
pembatas bagi kehidupan organisme.
A. Faktor Fisiko-Kimiawi
1. Pasang-surut
Pasang-surut adalah naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik
selama interval waktu tertentu. Pasang-surut erjadi karena adanya interaksi antara gaya
gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh
rotasi bumi dan system bulan. Akibat gaya gaya ini air di dasar samudra akan tertarik ke
atas. Gaya gravitasi satu benda terhadap benda lain adalah merupakan fungsi dari massa
setiap benda dan jarak antara keduanya. Kondisi ini menyebabkan gaya gravitasi bulan
terhadap bumi lebih besar jika dibandingkan dengan gaya gravitasi matahari terhadap
bumi.
Bumi dan bulan membentuk sistem orbit yang berputar mengelilingi pusat
masanya dan karena bumi relatif lebih besar dari bulan, maka titik pusatnya berada dalam
bumi. Perputaran sistem bumi-bulan membentuk gaya sentrifugal (ke arah luar) dan
diimbangi oleh gaya gravitasi ke duanya. Pada bagian bumi yang menghadap bulan, gaya
gravitasinya lebih kuat dari pada gaya sentrifugalnya sehingga mengakibatkan air laut
yang menghadap bulan tertarik ke atas (pasang naik). Pada bagian bumi yang berlawanan,16
gaya gravitasi bulan minimum dan gaya sentrifugal yang lebih besar akan menarik air
menjauhi bumi (pasang naik), jadi terdapat dua pasang naik. Kejadian ini akan mengikuti
posisi bulan terhadap bumi yang berputar pada porosnya.
Pada lautan yang terjadi dua kali pasang naik dan dua kali air surut seperti
contoh di atas disebut pasang tipe semidiurnal. Pasang-surut yang terdiri dari satu pasang
naik dan satu pasang turun (surut) disebut pasang-surut diurnal, sedangkan apabila pada
satu lautan kadang terjadi pasang-surut diurnal dan kadang pasang-surut semidiurnal
disebut pasang-surut campuran.
Ketinggian pasang air laut bervariasi dari hari-ke hari mengikuti posisi relatif
antara matahari dan bulan terhadap bumi. Pada saat bulan dan matahari terletak sejajar
terhadap bumi maka gaya keduanya akan bergabung sehingga menyebabkan terjadinya
pasang dengan kisaran terbesar baik naik maupun turun (pasang purnama). Pada saat
matahari dan bulan membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, maka gaya tarik bulan dan
matahari terhadap bumi saling melemahkan sehingga terjadi kisaran pasang yang
minimum (pasang perbani). Seperti diketahui bahwa bumi tidak tegak lurus dalam
orbitnya mengelilingi matahari tetapi membentuk sudut kemiringan 23½º dari garis
vertikal. Akibatnya, selama bumi berputar pada porosnya, bagian-bagian di permukaan
bumi mengalami ketinggian pasang-surut yang berbeda. Ketinggian pasang-surut juga
mengalami perbedaan yang disebabkan karena adanya perubahan relatif letak bulan
terhadap bumi dalam orbitnya mengelilingi bumi. Orbit bulan tidak bulat melainkan
berbentuk elips, maka pada waktu-waktu tertentu, bulan lebih dekat ke bumi (perigee) dan
waktu lainnya bulan lebih jauh dari bumi (apogee)
Perbedaan tipe pasang dan perbedaan ketinggianya pada berbagai bagian laut
antara lain disebabkan oleh letak lintang dan juga adanya keunikan berbagai pasu samudra
dimana pasang-surut itu terjadi, arah angin dan lain-lain
2. Arus
Arus laut terjadi karena pengaruh tiupan angin yang ada di atasnya, jadi arah
arus laut mengikuti pola dan arah angin. Massa air yang ada di bawahnya akan ikut
terbawa, dan semakin dalam maka kekuatannya semakin melemah. Bumi yang berputar
pada porosnya juga akan menimbulkan kekuatan untuk menggerakkan air mengikuti arah
putaran bumi (gaya coriolis). Pada belahan bumi bagian utara gaya coriolis akan
membelokkan arah arus air ke sebelah kanan apabila laut dilihat dari arah daratan dan
arah yang sebaliknya terjadi pada belahan bumi bagian selatan. Pembelokan arus air oleh
gaya coriolis ini semakin ke dalam juga semakin melemah akan menimbulkan apa yang
dikenal sebagai spiral ekman.
Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara
vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut. Adanya perbedaan
suhu masa air dan terjadinya pembuyaran arus permukaan (divergensi) menyebabkan
terjadinya upwelling dan sebaliknya, convergensi atau pemusatan arus permukaan
menyebabkan terjadinya downwelling (tenggelamnya masa air permukaan).
3. Gelombang
Gelombang air laut terjadi karena adanya alih energi dari angin ke permukaan
laut, atau pada saat-saat tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang
merambat ke segala arah membawa energinya yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam20
bentuk hempasan ombak. Rambatan geombang dapat mencapai rubuan kilometer sampai
mencapai pantai. Gelombang yang mencapai pantai akan mengalami pembiasan
(refraction) dan akan memusat (convergence) jika menkati semenanjung, atau enyebar
(divergence) jika menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan dangkal akan
mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang terjadi pada
gelombang pada dasarnya disebabkan oleh topografi dasar laut
Kondisi fisik lautan yang terdiri dari gelombang, arus, aktivitas pasang-surut dan
fenomena-fenomena yang menyertainya memiliki arti dan peran yang sangat penting baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi makhluk hidup di alam ini.
4. Salinitas
Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat 99,99% dan
sisanya berupa gas. Zat terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa
organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Komposisi terbesar
berasal dari garam-gam anorganik yang berbentuk ion-ion. Enam ion anorganik yang
terdiri dari klor, natrium, magnesium, sulfur, kalsium dan kalium membentuk 99,28%
berat dari bahan anorganik padat. Lima ion lainnya yaitu bikarbonat, bromide, asam borat,
stronsium dan flour sebesar 0,71, sehingga secara bersama-sama 11 ion anorganik
membentuk 99,99% berat zat terlarut. Satu contoh, apabila dalam air seberat 1000 gram
terlarut 35 gram senyawa yang secara kolektif disebut garam, maka 96,5% air tersebut
berupa air murni dan 3,5% berupa garam. Satuan kadar garam dalam air ada umumnya
dinyatakan sebagai seperseribu atau promil (‰), sehingga kadar garam (salinitas) pada
contoh air diatas adalah 35 ‰.
Pertanyaan yang terkesan klise adalah dari mana asal mulanya air laut itu asin.
Menurut teori, rasa asin air laut awal mulanya berasal dari garam-garam dari dasar kulit
bumi di dasar laut melalui proses outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut
yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Bersama-sama gas ini terlarut hasil kikisan
kulit bumi yang berupa ion-ion garam dan juga air, sehingga kadar garam air laut tidak
berubah secara ekstrem sepanjang masa.
Tabel. Komposisi unsur penyusun gadar garam air laut
Penting untuk diketahui bahwa perbandingan ion-ion utama dalam air laut boleh
dikatakan tetap sehingga pengukuran kadar salinitas dapat dilakukan hanya dengan cara
mengukur satu ion saja misalnya konsentarasi klor (salinometer), atau daya konduktivitas
(daya hantar) listrik (DHL), atau indeks refraktif (refraktometer).
Sebanyak 0,01% dari zat terlarut dalam air laut, terdapat beberapa garam
anorganik (nitrat,fosfat, dan silicon dioksida) yang memiliki arti sangat penting bagi
kehidupan organisme. Nitrat dan fosfat sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk
sintesis zat organik alam fotosintesis sedangkan SiO2 diperlukan oleh diatom dan
radiolaria untuk membentuk cangkang. Berbeda dengan unsur-unsur sebelumnya,
perbandingan fosfat, nitrat dan SiO2 dengan unsur atau ion-ion yang lain tidak konstan
dan cenderung kurang tersedia dia air permukaan. Jumlahnya bervariasi sebagai akibat
kegiatan biologik. Persediaan unsure-unsur esensial ini dalam beberapa hal menjadi
pembatas bagi produktivitas primer. Zat-zat lain seperti kobalt, mangan, besi dan tembaga
meskipun terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas tetapi dalam ekosistem perairan laut
tidak menjadi faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Senyawa organik tertentu,
seperti vitamin juga ditemukan dalam jumlah yang sangat terbatas, tetapi sangat minim
diketahui variasinya.22
Kadar salinitas dalam perairan memiliki arti yang sangat penting bagi sifat-sifat air
dan memiliki implikasi yang besar terhadap kehidupan. Menurut Nybakken (1993),
kerapatan air murni terjadi pada suhu 4ºC, selanjutnya kerapatan air terus meningkat
sampai titik beku. Air yang mengandung garam titik bekunya akan lebih rendah dari air
murni yang merupakan cerminan dari fungsi kadar garam. Air laut yang bersalinitas 35‰
memiliki titik beku – 1,9ºC. terjadinya pembekuan, kerapatan menurun sehingga es
terapung. Arti penting kenaikan kerapatan di bawah 4ºC adalah air permukaan yang
dingin dan berat dan mengandung oksigen terlarut yang tinggi dapat terbentuk dan
tenggelam ke dasar laut. Perlu diketahui bahwa kelarutan gas-gas dalam air adalah suatu
fungsi dari suhu, penurunan suhu akan diikuti oleh kenaikan daya larut gas-gas seperti O2
dan CO2 dalam air sehingga semakin dingin suhu air, makin banyak oksigen yang
dikandungnya. Pada suhu 0ºC air laut dengan salinitas 35 ‰ belum beku, mengandung 8
ppm oksigen, sedangkan pada suhu 20ºC dengan salinitas yang sama air laut hanya
mengandung 5,4 ppm oksigen. Air yang kaya oksigen ini akan tenggelam ke dasar laut.
Kondisi seperti itulah yang menyebabkan ekosistem laut dalam yang gelap gulita
sepanjang waktu tidak pernah anoksik dan selalu tersedia oksigen untuk kebutuhan
organisme laut dalam yang terbatas jumlahnya.
B. Biota Laut
Secara umum biota laut dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu: plankton,
nekton dan bentos. Pengelompokkan ini didasarkan pada kebiasaan hidup secara umum
seperti pergerakan, pola hidup, dan sebaran secara ekologis.
1. Plankton
Plankton adalah biota yang hidup melayang dalam air, tidak dapat bergerak atau
dapat bergerak sedikit dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus (terhanyut).
Plankton merupakan biota yang memiliki keanekaragaman dan kepadatan sangat besar
dalam ekosistem laut. Plankton terdiri dari fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton
(plankton hewani). Dalam perairan laut fitoplankton merupakan produsen primer
(produsen utama dan pertama) sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak
adanya. Pendapat ini dikuatkan oleh Sachlan (1982), Meadows and Campbell (1993), dan
Sumich (1999) bahwa fitoplankton merupakan organisme berklorofil yang pertama ada di
dunia dan merupakan sumber makanan bagi zooplankton sebagai konsumen primer,
maupun organisme aquatik lainnya, sehingga populasi zooplankton maupun populasi
konsumer dengan tingkat tropik yang lebih tinggi secara umum mengikuti dinamika
populasi fitoplankton. Fitoplankton adalah tumbu-tumbuhan air yang mempunyai ukuran23
sangat kecil dan hidup melayang dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan sangat
penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peran tumbuh-tumbuhan hijau
yang lebih tinggi tingkatannya di ekosistem daratan. Fitoplankton adalah produsen utama
(Primary producer) zat-zat organik dalam ekosistem perairan. Seperti tumbuh-tumbuhan
hijau yang lain, fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik kompleks dari bahan organik
sederhana melalui proses fotosintesa (Hutabarat dan Evans, 1986)
Menurut Sachlan (1982), fitoplankton dikelompokan ke dalam 5 divisi yaitu:
Cyanophyta, Crysophyta Pyrrophyta, Chlorophyta dan Euglenophyta (hanya hidup di
air tawar). Kecuali Euglenophyta semua kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air
tawar dan air laut. Menurut Nontji (1993), fitoplankton yang dapat tertangkap dengan
planktonet standar (no. 25) adalah fitoplankton yang memiliki ukuran ≥ 20 µm.
Fitoplankton yang bisa tertangkap dengan jaring umumnya tergolong dalam tiga
kelompok utama yakni diatom, dinoflagellata dan alga biru (Cyanophyceae).
Zooplankton adalah plankton hewani. Zooplankton meskipun terbatas,
mempunyai kemampuan bergerak dengan cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang
hari zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar perairan. Migrasi dapat juga terjadi
karena faktor konsumenan (grazing) yaitu mendekati fitoplankton sebagai mangsa. Dapat
juga migrasi terjadi karena pengaruh gerakan angin sehingga menyebabkan upwelling
atau downwelling (Sumich, 1999)
Zooplankton terdiri dari holoplankton (zooplankton sejati) dan meroplankton
(zooplankton sementara). Holoplankton adalah hewan yang selamanya hidup sebagai
plankton seperti Protozoa dan Entomostraca. Meroplankton yaitu hewan yang hidup
sebagai plankton hanya pada stadia-stadia tertentu, seperti larva atau juvenil dari
Crustacea, Coelenterata, Molusca Annelida dan Echinodermata (Sachlan, 1982).
Protozoa sebagai plankton sejati dibagi menjadi 4 klasis yaitu Rhizopoda, Ciliata,
Flagelata dan Sporozoa (hidup sebagai parasit). Rhizopoda merupakan zooplankton yang
mempunyai arti penting tidak hanya di laut tetapi juga di air tawar. Zooplankton ini
merupakan makanan bagi ikan dan hewan Avertebrata. Rhizopoda terdiri dari beberapa
ordo yaitu Amoebina, Foraminifera, Radiolaria dan Heliozoa.
Salah satu species zooplankton yang mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem
perairan adalah Crustacea. Crustacea terdiri dari dua golongan besar yaitu Entomostraca
(udang-udangan tingkat rendah) dan Malacostrca (udang-udangan tingkat tinggi). Semua
stadia larva dari Malacostraca seperti Nauplius, zoea, mysis dan juvenil merupakan24
meroplankton, sedangkan Entomostraca merupakan zooplankton sejati baik di perairan tawar
maupun di laut. Termasuk dalam kelompok ini adalah Cladocera, Ostracode, Copepoda dan
Cirripedia. Copepoda merupakan zooplankton yang mendominasi ekosistem perairan, dengan
populasi dapat mencapai 70 – 90%. Copepoda juga bersifat selektif konsumen (Meadows
and Campbell (1993). Zooplankton mempunyai arti yang sangat penting dalam ekosistem
perairan karena merupakan makanan utama dan sangat digemari oleh ikan dan organisme
perairan dengan tingkat tropik lebih
Thalassiosira punctigera Nitzchia sigma Chatoceros coarcatus
Odontella sinensis Ceratium furca Asterionella formosa
Macrocyclops fuscus Corycaeus ovalis Microsetella norvegica
Pre-Zoea Portunus pelagicus N. Balanus tintinnabulum Macrosetella gracilis
Foto: Plankton laut (sumber, Satino, 2003)25
3. Bentos
Mencakup semua biota yang hidup menempel, merayap, atau membuat liang di
dasar perairan mulai dari daerah litoral sampai dengan dasar laut dalam (hadal). Contoh
bentos yang hidup merayap misalnya kepiting, lobster dan udang karang lainya, Chiton,
bintang laut, bintang mengular dan lain-lain. Bentos yang hidup dengan cara membuat
liang misalnya berbagai jenis cacing dan kerang-kerangan, sedangkan yang hidup
menempel misalnya tiram, teritip, spong, anemone dan lain-lain. Bentos dalam ekosistem
laut memiliki peran yang sangat penting. Sebagian dari bentos bersifat filter feeder dan
sebagian mengambil nutrisi dengan memakan bangkai organisme yang jatuh ke dalam
dasar lautan. Berdasarkan cara makan dan jenis makanannya, bentos dalam ekosistem
laut dapat berperan sebagai pembersih perairan dan dasar laut.
4. Nekton
Biota laut yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: ikan, cumi-cumi,
penyu, ular, vertebrata laut, sotong dan lain-lain. Dibandingkan dengan plankton dan
bentos, nekton memiliki keanekaragaman jenis yang lebih sedikit.
Pustaka
Nybakken, J.W., 1992. (Terjemahan: H.M. Eidman et al) Biologi Laut Suatu Pendekatan
Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Romimohtarto, K dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Penerbit Djambatan, Jakarta
Rokhmin, D., dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Edisi Revisi. PT. Pradnya Paramita, Jakarta26
EKOSISTEM INTERTIDAL
Zona intertidal memiliki luas yang sangat terbatas, meliputi wilayah yang terbuka
pada saat surut tertinggi dan terendam air pada saat pasang tertinggi atau separuh waktu
berupa ekosistem terrestrial dan separuhnya berupa ekosistem akuatik. Walaupun wilayahnya
sempit, daerah intertidal memiliki variasi faktor linkungan terbesar dibanding dengan
ekosistem lainnya, dan variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya berbeda jarak
beberapa sentimeter saja.
KONDISI LINGKUNGAN
1. Pasang-Surut
Naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu.
Pasang-surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di
zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut yang periodik maka faktor-faktor lingkungan lain
akan kehilangan pengaruhnya. Hal ini disebabkan adanya kisaran yang luas pada banyak
faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka
dan keadaan terendam air.
Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan komunitas zona intertidal paling jelas
adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena udara terbuka secara periodik
dengan kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Organisme intertidal perlu kemampuan
adaptasi agar dapat menempati daerah ini. Faktor-faktor fisik pada keadaan ekstrem dimana
organisme masih dapat menempati perairan, akan menjadi pembatas atau dapat mematikan
jika air sebagai isolasi dihilangkan.
Kombinasi antara pasang-surut dan waktu dapat menimbulkan dua akibat langsung
yang nyata pada kehadiran dan organisasi komunitas intertidal. Pertama, perbedaan waktu
relatif antara lamanya suatu daerah tertentu di intertidal berada diudara terbuka dengan
lamanya terendam air. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang sangat penting
karena pada saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan27
kemungkinan mengalami kekeringan. Semakin lama terkena udara, semakin besar
kemungkinan mengalami suhu letal atau kehilangan air diluar batas kemampuan. Kebanyakan
hewan ini harus menunggu sampai air menggenang kembali untuk dapat mencari makan.
Semakin lama terkena udara, semakin kecil kesempatan untuk mencari makan dan
mengakibatkan kekurangan energi. Flora dan fauna intertidal bervariasi kemampuannya
dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan terkena udara, dn perbedaan ini yang
menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi organisme intertidal.
Pengaruh kedua adalah akibat lamanya zona intertidal berada diudara terbuka.
Pasang-surut yang terjadi pada siang hari atau malam hari memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap organisme. Surut pada malam hari menyebabkan daerah intertidal berada dalam
kondisi udara terbuka dengan kisaran suhu relatif lebih rendah jika dibanding dengan daerah
yang mengalami surut pada saat siang hari
Pengaruh pasang-surut yang lain adalah karena biasanya terjadi secara periodik maka
pasang-surut cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai,
misalnya irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.
2. Suhu
Suhu di daerah intertidal biasanya mempunyai kisaran yang luas selama periode yang
berbeda baik secara harian maupun musiman dan dapat melebihi kisaran toleransi organisme.
Jika pasang-surut terjadi pada kisaran suhu udara maksimum (siang hari yang panas) maka
batas letal dapat terlampaui. Meskipun kematian tidak segera terjadi namun organisme akan
semakin lemah karena suhu yang ekstrem sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas seperti
biasa dan akan mati karena sebab-sebab sekunder. Suhu juga dapat berpengaruh secara tidak
langsung yaitu kematian karena organisme kehabisan air.
3. Ombak
Gerakan ombak di daerah intertidal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme dan komunitas dibanding dengan daerah lautan lainnya. Pengaruh ombak dapat
terjadi secara langsung maupun tidak.
a. pengaruh langsung
- Secara mekanik ombak dapat menghancurkan dan menghanyutkan benda yang
terkena. Pada pantai berpasir dan berlumpur kegiatan ombak dapat membongkar
substrat sehingga mempengaruhi bentuk zona. Terpaan ombak dapat menjadi
pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan tersebut.28
- Ombak dapat membentuk batas zona intertidal lebih luas, akibatnya organisme laut
dapat hidup di daerah air yang lebih tinggi di daerah yang terkena terpaan ombak dari
pada di daerah tenang pada kisaran pasang-surut yang sama
b. Pengaruh tidak langsung
Kegiatan ombak dapat mengaduk gas-gas atmosfer ke dalam air, sehingga meningkatkan
kandungan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara teratur dan terjadi
pembentukan gelembung serta pengadukan substrat, maka penetrasi cahaya di daerah
yang diterpa ombak dapat berkurang.
4. Salinitas
Perubahan salinitas di daerah intertidal dapat melalui dua cara:
a. Zona intertidal terbuka pada saat surut, dan kalau hal ini terjadi pada saat hujan lebat
maka salinitas akan turun. Apabila penurunan ini melewati batas toleransi bagi
organisme (sebagian besar organisme intertidal stenohalin dan osmokonformer) maka
organisme dapat mati.
b. Pada daerah intertidal pantai berbatu yang memiliki banyak cekungan, daerah ini
dapat digenangi air tawar yang masuk ketika hujan deras sehingga menurunkan
salinitas, atau memperlihatkan kenaikan salinitas jika terjadi penguapan sangat tinggi
pada siang hari.
5. Substrat Dasar
Substrat dasar zona intertidal memiliki variasi yang berbeda dan dapat berupa pasir,
lumpur maupun berbatu. Substrat dasar ini menyebabkan perbedaan struktur komunitas flora
dan fauna yang berbeda.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Handout%20Ekologi_0.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar